Rubrik India Harian Orbit Medan

Minggu, 31 Oktober 2010

Surat Pembaca Pemujaan Terhadap Navagraha (Versi Hindu -Tamil)

Aum Swastiastu, salam sejahtera bagi pembaca sekalian. Pada rubrik yang lalu telah di jabarkan mengenai Navagraha yang menguasai elemen dari panca MahaButha dan organ-organ tubuh yang berpengaruh pada kesehatan. Pada rubrik ini  penulis akan berbagi pemahaman mengenai cara pemujaan terhadap Navagraha. Pada awalnya, tujuan dari pemujaan ini yakni memperbaiki karma buruk seseorang untuk memperoleh keadaan yang lebih baik pada kehidupan kini dan masa mendatang. 

Ada 3 tipe karma dalam versi tamil : 1. Assothiyem yaitu karma di mana kita harus menjalani kehidupan pada saat ini yang merupakan buah dari karma terdahulu. 2. Kashatasaathiyam , karma buruk yang dapat di kurangi pada kehidupan saat ini artinya : karma yang ada pada kehidupan yang lalu baik yang telah kita ketahui ataupun tanpa di ketahui dapat di perbaiki dengan cara pemujaan terhadap Navagraha dan penyembahan terhadap Adidevathai(dewa yang berkuasa pada masing-masing Graha tsb). 

3.Sulabasaatihyam yaitu karma yang tidak hanya dapat di perbaiki pada kehidupan sekarang namun dapat di hapuskan seluruhnya pada kehidupan ini, hal tsb di peroleh melalui cara,  melantunkan bhajan (kidung suci pujian), mengelilingi Navagraha (upaya mempercepat karma) dan memberikan persembahan berupa makanan dan pakaian (arcenai) dan melakukan homam (ritual api suci).

Setelah mengetahui ke-3 jenis karma ini , kita juga harus mengetahui Adidevathai serta persembahan apa yang harus kita lengkapi sebelum pergi ke kuil untuk melakukan pemujaan terhadap Navagraha tadi. Perlu di ketahui dengan memuja Adidevathai berarti kita memuja masing-masing dari Navagraha tsb. Berikut penjabaran mengenai Adidevathai dan persembahan ke masing-masing graha. 

Surya (mempunyai adidevathai Agni , Siva, persembahan yang harus di bawa berupa teratai merah dan kain merah sebagai persembahan pakaian bagi dewa tsb), Chandra (Varuna, Dewi Parwathi, bunga bakung putih, kain putih sbg persembahan), Sevai (Bumadevi dan Dewa Muruga, bunga merah dan kain berwarna merah), Butha (Narayanan/visnu, bunga dan kain yang berwarna hijau), Guru (Dewa Indira , Brahma, Daksina Murthi, bunga dan kain warna kuning), Sukhiran (Maha Lakshmi, bunga teratai putih dan kain putih), Sanii(Prajapathi, Yama, Siva dan Vengkadesa, persembahan berupa wijen hitam dan kain hitam), Raagu (durgai, niruthi tikbalager, bunga merah), Kethu (Brahma, Citra gupta, Vinayagar, persembahan anggrek merah dan kain multi warna). 

Persembahan di atas tadi di berikan kepada pendeta kuil setelah sebelumnya berkonsultasi terlebih dahulu dengan harapan mengetahui dewatha mana yang sesuai berdasarkan tanggal kelahiran kita , lalu di lakukanlah puja tsb. Seiring dilakukannya puja kita harus mengelilingi Navagraha sebanyak 9 kali ( 7 putaran searah jarum jam dan 2 putaran berlawanan arah jarum jam).  Mengapa 2 putaran berlawanan arah jarum jam? Hal ini untuk memuja Raagu dan Kethu , di mana pemujaannya di lakukan dengan cara mengelilinginya berlawanan arah jarum jam. 

Selesai mengelilingi Navagraha tadi , selanjutnya kita melakukan archenai kepada Adidevathai. Bentuk pemujaan lain dapat juga di lakukan yaitu abhisegam (pemandiaan arca dengan menggunakan susu dan menyalakan lampu dari ghee/minyak sapi) sebagai wujud penerangan/ kedamaian bagi kita. Selain pemujaan di kuil kita juga dapat melakukan pemujaan di rumah dengan memilih hari yang cocok bagi kita untuk memuja adidevathai, mengucapkan gayatri mantra , dyna sloka dan memberikan tambulam (pinang sirih) sebagai persembahan. 

Demikian penjabaran rubrik kali ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, harapan penulis agar filosofi agama hindu ini dapat menjadi nilai positif bagi perkembangan pengetahuan kita akan budaya, tradisi dan ajaran hindu terkhususkan nilai budaya tamil. OM GAM GANABATHIYE NAMAHA… OM SANTHI… SANTHI… OM.  

Aku Ingin Anak-anakku Bisa Sarjana…



Ting..ting..ting…begitulah bunyi lonceng gerobak es krim milik Muhammad Khairuddin (49)  yang dikendarai dengan sepeda ontel sederhana yang digunakan berkeliling ditengah padatnya Kota Medan sambil menjajakan eskrim tradisional. Eskrim yang dapat dikatakan sudah jarang ditemui jika dibandingkan dengan berbagai jenis eskrim buatan pabrik-pabrik besar. Namun itu semua tak melunturkan niat pria keturunan India Tamil wrga Kampun Kubur ini berjualan eskrim yang telah ditekuni lebih dari 15 tahun lamanya.
Semua itu dilakukannya dengan senang hati, demi anak istri  dan juga cita-cita besarnya bisa menguliahkan anaknya hingga keperguruan tinggi. Dengan bersemangat Khairuddin bercerita tentang perjalanannya yang hingga kini dapat mempertahankan eskrim tradisional bertahun-tahun lamanya.

Pria India yang juga seorang muslim ini berkisah sekira puluhan tahun lalu kepada Harian Orbit Minggu(15/8), ketika dirinya memperoleh hidayah untuk menjadi seorang muallaf. Dan dari sana dimulailah perjalanan hidupnya mengenal islam. Masuknya Khairuddin menjadi seorang muslim mendapat tentangan keras dari pihak keluarga besarnya, namun itu tak membuatnya patah semangat mempertahankan agama barunya itu.

Hingga kemudian dirinya memutuskan untuk hijrah ke ibukota Jakarta. Setibanya di Jakarta diirinya memperoleh tawaran dari temannya untuk bekerja sebagai pekerja layar tancap. Diakuinya pada masa-masa itu layar tancap masih menjadi primadona hiburan masyarakat ibukota itu karena stasitun tv yang ada juga terbatas. Bahkan pada saat itu layar tancap masih tergolong jarang di kota-kota lain.

Sambil tersenyum, dirinya mengatakan lama-kelamaan layar tancap tempatnya berkerja mengais rezeki itu mengalami kebangkrutan kemudian gulung tikar. Hingga datang seorang temannya untuk berjualan eskrim. Hingga beberapa bulan lamanya dirinya menjalani profesi itu. Hingga ia bertemu dengan seorang gadis asal Majalengka, lalu mempersuntingnya menjadi istri.

Setelah beberapa waktu berlalu, dirinya membawa sang istri hijrah kembali ke Kota asalnya yakni Medan. Setibanya di Medan Khairuddin tetap meneruskan pekerjaannya sebagai penjual eskrim, bahkan wadah tempat eskrim tersebut dibawanya dari Jakarta.

Dikatakan Khairuddin sekira 5 tahun lamanya dirinya berjualan eskrim menggunakan gerobak dorong untuk berdagang berkeliling-keliling Kawasan Kota Medan, namun ada saat itu temannya menawarinya sebuah sepeda bekas, maka dirinya menerimanya dengan senang hati.

“ Dalam satu hari berjualan dirinya bisa memperoleh penghasilan Rp 80-100, apalagi jika ada perayaan perayaan agama seperti ini,alhamdullah lah gak usah keliling-keliling lagi,”katanya.

Pada saat bulan Ramadan seperti ini, dirinya sangat jarang bisa berbuka puasa dirumah dengan keluarga,sebab saat menjelang berbuka masih sangat jauh dari rumah. Buka di mesjid terdekat menjadi salah satu alternative bahkan tak jarang jika hendak berbuka masih ada orang yang berbeli eskrim.” Kan gak mungkin gak dijual, namanya juga rezeki gak boleh ditolak,” katanya sambil tertawa.

Dan kini setelah dirinya dikaruniai 3 orang anak dari yang kuasa, anak sulungnya kini duduk di bangku SMP, dan harapan terbesar Khairuddin adalah dapat memberikan pendidikan bagi anaknya hingga menempuh perguruan tinggi. Maka dari itu dirinya hanya berserah kepada Allah untuk semua cita-citanya itu.Om-15

Kebersamaan di Ritual Aadhi Maha Puja


Begitu tiba dan memijakkan kaki disekitar kuil, sudah terlihat warga keturunan India Tamil yang pada umumnya tinggal di Kota Medan telah berkumpul di kuil Shri Singgamma Kali Koil di Kawasan Jalan Karya Medan. Kedatangan mereka untuk mengikuti ritual tahunan bernama Aadhi Maha Puja yang merupakan acara tahunan bagi umat Hindu.
 
 Karena ritual tersebut merupakan ritual tahunan yang sacral maka tak heran jika masyarakat India Tamil yang hadir mencapai ribuan orang. Semunya berbaur dalam kebersamaan yang mungkin jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Tawa dan canda menjadi pelengkap acara tersebut,ditambah lagi dengan para wanitanya menjadi sangat cantik dengan balutan pakaian khasnya sambil menikmati hidangan yang telah disediakan pihak panitia.  Dan bagi masyarakat India Tamil sudah tentu mengenal acara ritual yang dikenal dengan ritual Aadhi Maha Puja atau sering juga disebut Aadhi Tiruvila. Ritual yang tahunan yang digelar hampir diseluruh kuil yang ada di Kota Medan. Makna dari ritual itu sendiri sebagai ungkapan syukur terhadap Dewa-dewi, yang pada intinya bertujuan untuk menolak bala.

Ritual Aadhi Maha Puja ini sendiri dikhususkan bagi Dewi Durga. Dewi yang dipercaya umat Hindu pada zaman dahulu sebagai Dewi yang dapat membebaskan umat dari penyakit yang menyerang. Maka dari itu saat tiba bulan ini, ritual ini digelar untuk membuat hati Dewi Durga menjadi tenang. Menurut keterangan Pinandita Murti sebagai pelaksana upacara untuk ritual tersebut, digelar dalam serangkaian acara yang berlangsung dalam kurun waktu tiga hari, dimulia sejak Jumat 13-15 Agustus. Dalam ritual tersebut bertambah semarak dengan datangnya tamu penabuh musik tradisional India yang khusus datang dari Malaysia.

Kesemarakan ritual tersebut dimulai sejak Jumat pagi ditandai dengan upacara penaikan bendera berlambang singa diwujudkan sebagai Dewi Durga. Penaikan bendera itu sendiri merupakan sebuah pertanda yang berarti akan ada acara yang digelar dikuil tersebut dalam beberapa hari kedepan. Dan dilanjutkan dengan pembagian bubur yang terbuat dari tepung beras dan juga tepung gandum. Pinandita Murti memaparkan, pemberian bubur itu sendiri ditunjukkan bagi Dewi Durga. Makna bubur itu sendiri  bertujuannya untuk membuat Dewi Durga menjadi tenang serta amarahnya terkendali, dan semua itu akan kembali pada umat. “ Dewi Durga merupakan Dewi yang memegang kendali sehingga untuk bulan ini ritual digelar untuk menghormatinya,”ujar Pinandita.

Setelah seluruh ritual tersebut usai, dilanjutkan malam hari dengan pembuatan sakti kargem, atau yang lebih dikenal dengan pembuatan mahkota yang terbuat dari daun mint dan bunga aster. Untuk penyusunan bunga tersebut biasanya menggunakan media kendi yang terbuat dari stainless. Untuk melengkapi hiasan kendi tersebut biasanya digunakan lilitan benang putih sebanyak 1008 atau 108 lilitan, dan untuk bagian dalam kendi berisi susu, kunyit, wewedi, kum-kum, dan bubuk kenari. “ Semua itu melambangkan sebagai kehidupan kita,” papar Pinandita.

Kemeriaahan upacara ritual pada hari kedua ini pun tak kalah ramainya. Pada hari kedua ini setelah seluruh umat melakukan puja dikuil, kemudian dilanjutkan dengan mengarak patung Dewi Durga keliling hingga kejauhan 2 Km yang diikuti lebih dari 1500 orang umat. Dan pada hari ketiga upacara tersebut adalah ritual yang paling menarik sebab pada perayaan tersebut ada beberapa umat yangm melakukan niatan dengan melakukan aksi tusuk pipi. Ritual tersebut bermakna sebagai pembayaran niat seseorang yang telah terpenuhi.

Ritual dimulai dari arakan Dewi Durga menuju sungai Deli yang diikuti sekira 40 orang wanita yang dominant berpakaian berwarna kuning, berjalan tanpa menggunakan alas kaki mengikuti iring-iringan pendeta dan juga umat lainnya. Dibarengi dengan gendang grup musik tradisional Sri Mathuraj Veeran (SMV) yang datang langsung dari Malaysia menambah semaraknya iring-iringan dan mencuri perhatian setiap orang yang melihatnya. Setibanya disungai seluruh pendeta sibuk dengan tugasnya masing-masing. Ada yang mempersiapkan puja untuk wanita-wanita yang memiliki niatan, ada yang pula yang mempersiapkan untuk ritual tusuk lidah, pipi dan juga badan.

“ Setiap orang yang akan ditusuk sudah berpuasa dan juga harus dengan hati yang bersih, dan biasanya hal itu dibarengi dengan adanya niatan atau nazar yang harus dibayarkan karena ada keinginannya yang telah terwujud,” beber Pinandita.

Pinandita memaparkan, ritual tusuk pipi tersebut dikenal dengan nama Mail Kawedi( Slage). Jumlah besi yang ditusuk sendiri ada sekira 108 batang yang mengitari seluruh tubuh. Dan saat ditusuk orang tersebut diharuskan menjungjung sebuah benda yang disebut Alu dan terbuat dari bulu burung merak. “ Tak hanya ditusuk bagian tubuhnya, orang yang tersebut juga ditusuk pada bagian lidahnya. Karena pada bagian lidah merupakan bagian yang terpenting karena diketahui pada bagian ini merupakan anggota tubuh  sering melakukan kesalahan yakni dari ucapan,” jelasnya.

Acara tahunan yang terbilang sangat jarang ini menjadi pusat perhatian warga sekitar yang berlomba-lomba ingin menyaksikan atraksi yang ditampilkan. Warga dan umat Hindu turut tumpah ruah memenuhi tepian Sungai Deli. Bahkan hingga acara ritual dilanjutkan dengan arak-arakan kembali menuju kuil oleh seluruh peserta ritual termasuk juga para umat yang lainnya.

Dan pada penutupan ritual Aadhi Maha Puja yang digelar diadakan pula ritual penyembelihan kambing. Kambing-kambing tersebut diperoleh dari sumbangan masing-masing umat yang ingin menyisihkan sebagian rezekinya bagi orang lain. Pada acara kali ini diperoleh  27 ekor kambing yang diolah menjadi masakan dan kemudian dinikmati semua orang yang hadir. Begitu pula bagi masyarakat sekitar juga dapat memperolehnya. Semua rangkaian Aadhi Maha Puja yang telah digelar selama satu bulan lamanya diharapkan sebagai jalan untuk kesejahteraan umat manusia.Om-15

Lezatnya Mi Goreng India



Siapa yang kenal makanan berjenis mie, makanan yang terkenal hampir diseluruh pelosok dunia. Panganan yang terbuat dari bahan dasar tepung ini memang menjadi salah satu makanan favorit bagi sebagian orang. Namun untuk menikmati mie banyak resep yang bisa dikreasikannya. 

Salah satu makanan jenis mie dapat diolah menjadi mie yang lezat. Salah satunya adalah olahan mie menjadi mie goreng India. Cara pembuatannya juga sangat mudah, dan pastinya dapat menjadi salah satu alternative untuk berbuka puasa.

Untuk bahan-bahan yang disediakan adalah 500 gram mi basah, 250 gram fillet ayam lalu dipotong-potong dadu, 2 buah tahu kuning lalu diiris tipis-tipis, dan sebagai rencah udang kupas yang dibelah punggungnya.
Dan untuk bahan cincang adalah 150 gram kapri buang ujungnya, 2 buah cabai hijau , iris serong tipis, 1 buah cabai merah, iris serong tipis, 2 batang daun bawang, iris serong, 3 batang daun ketumbar, cincang kasar  sendok makan air jeruk lemon  lembar daun mint, potong-potong , Bawang goreng secukupnya Minyak goreng secukupnya.

Dan untuk bumbunya adalah 6 buah cabai kering rendam iris-iris, 6 siung bawang putih, 2 sendok the terasi, 5 sendok makan kecap asin, dan 2 sendok makan kecap manis.

Cara Membuat Resep Masakan Mi Goreng India Tumis tahu kuning hingga matang panaskan wajan, tumis bumbu hingga harum. Masukkan ayam, udang, cabai hijau, cabai merah, daun bawang , tahu, kapri, cabai, daun mint. Masak hingga layu Masukkan mi, aduk-aduk. Masak hingga bumbu tercampur dan cukup matang, angkat Tuang dipiring, taburkan daun ketumbar dan bawang goreng. Tambahkan air jeruk 

Navagraha (ke-9 Planet) Versi Tamil Peran, Karakteristik Dan Pengaruhnya Terhadap Pribadi Seseorang Vol-2 Oleh : Jansen Arul Prasad,S.kom

Om Swastiastu, salam sejahtera bagi pembaca sekalian. Rubrik kali ini akan menyajikan lanjutan dari edisi sebelumnya mengenai Navagraha. Pada rubrik ini saya akan menjelaskan peran , karakteristik dan pengaruh Navagraha ke masing- masing pribadi. Pengaruh yang di timbulkan Navagraha akan berbeda antara pribadi yang satu dengan yang lain, hal ini di karenakan masing- masing dari kita memiliki tanggal , hari lahir dan juga wasana karma( karma di kelahiran sebelumnya ) yang berbeda. 

Navagraha yang berasal dari Dewa Brahma melalui Sapta Rsi ini bertindak layaknya sebuah hakim yang bertugas sebagai penentu kapan, di mana , bagaimana , oleh siapa dan berapa lama kita harus menerima hasil dari karma kita. Mereka juga menguasai elemen –elemen dari Panca Maha Botha(5 elemen) yang ada dalam tubuh berupa organ. Ubun-ubun(unsur Ether/Akasa), Paru-paru(udara), Perut sebagai organ pencerna(api), ginjal(sirkulasi air), kedua kaki organ penggerak (bertumpu pada bumi unsur tanah). Navagraha ini juga mempengaruhi kondisi fisik dan karakter seseorang. 
“Surya sebagai awal dan Sanii sebagai akhir” istilah ini tidak asing dalam tradisi hindu dan diyakini sebagai awal mulanya seorang bayi di lahirkan memperoleh nafas kehidupan dari Surya. Kemudian Chandra memberinya daya pikir. Butha memberikan otak sebagai organ pengendali saraf, Guru melanjutkannya dengan intelijensi bagi seorang anak yang memulai pendidikan , di lanjutkan Sukhiran memberikan berkat kelimpahan dan kesenangan menikmati kemewahan hidup, lalu Sevai memberikan keteguhan moral dan mental serta jati diri menghadapi tahap kedewasaan dan pada akhir siklus kehidupan, Sanii datang sebagai bentuk kematian. Tentunya hal ini dapat kita terima kebenarannya yang disebut dengan siklus kehidupan.
            Kadang kala seorang di hadapkan pada permasalahan kesehatan, berbagai usaha telah di coba untuk memperoleh kesembuhan namun sulit menemukan titik terang. Sebagai informasi suatu study kasus yang pernah saya baca di media ,di mana ilmu kedokteran di India menggunakan perhitungan berdasarkan Navagraha sebagai solusi penanggulangan dan pengobatan terhadap penyakit yang sukar di deteksi. Hal ini tentunya berdasarkan kajian ilmu pengetahuan yang mendalam bukannya dugaan semata.
Mereka meyakini konsep Navagraha di mana ke-9 Planet ini mendominasi titik-titik tertentu. Surya(mendominasi keadaan fisik, tulang lunak dan organ penglihatan), Chandra(otak, sel darah dan pernafasan), Sevai (sebagai sumber kekuatan dan tulang keras anggota gerak), Butha(inteligensi dan kulit),Guru (kerohanian dan daging), Sukhiran (emosi dan kecerdasan daya cipta, kreasi), Sanii (penstabil/ kesedihan,duka dan kematian), Raagu (kebijaksanaan,koordinasi otak dan saraf), Kethu (kebijaksaan dan organ  pencernaan).
Pengobatan ayur vedic(alternative) juga memakai konsep Navagraha ini. Lantas , yang menjadi pertanyaan besar bagi kita bagaimana karakteristik Navagraha tadi dapat kita manfaatkan sebagai solusi bagi pemecahan masalah yang kita hadapi?, tentunya tidak terlepas daripada perhitungan Numerology dan Panchagem. Sebagian dari kita bertanya darimana asal penyakit?, kapan kondisi kesulitan ini berakhir?, kapan peruntungan itu datang menghampiri kita?, mengapa nasib saya berbeda dengan orang lain?, apakah ini sebuah takdir? .

Banyak persepsi yang muncul bahkan sebagian dari kita mulai goyah akan kepercayaan dan beralih ke jalan yang kurang benar, lalu mencoba melaksanakan ritual-ritual yang di sangsikan kebenarannya. Sebagai umat hindu, para Rsi-rsi terdahulu telah mewarisi kita sarana alternative berdasarkan kitab-kitab pengetahuan termasuk Panchagem salah satunya. Panchagem tersebut itu tidak pernah salah hanya saja perhitungan oleh ahlinya kadang kala tidak tepat. 
            Pada rubrik mendatang saya akan menjabarkan bagaimana cara pemujaan terhadap Navagraha dan Athidevathai (Dewa yang berkuasa pada masing-masing graha) juga seputar pertanyaan berikut jawaban yang akan menuntun kita untuk lebih mengetahui makna filosofis dari agama hindu terkhususkan tamil.  
            Terimakasih saya ucapkan kepada para pembaca dan juga partisipan yang berkenan memberikan masukan, kritik dan saran sehingga hal ini menjadi kebahagiaan tersendiri bagi pembaca dan saya penulis. OM GAM GANAPATHIYE NAMAHA… OM SANTHI.. SANTHI… OM