Rubrik India Harian Orbit Medan

Sabtu, 30 Oktober 2010

Srhi Maryamman Seantis Gelar Aadhi Masem

salah satu ritual tusuk pipi yang dilakukan
Masih sama seperti beberapa perayaan keagamaan umat Hindu di beberapa kuil di seputaran Kota Medan, kali ini umat Hindu kembali menggelarnya upacara keagamaan Aadhi Masem di Shri Maryamman tepatnya berada di Perkebunan Seantis di Kawasan Percut. 

Wangi dupa yang telah dibakar, bajen menjadi salah satu pemandangan yang biasa dalam setiap perayaan yang digelar. Namun bagi setiap pengunjung upacara dilarang keras memasuki kawasan upacara menggunakan alas kaki. Dan itu menjadi salah satu persyaratan utama untuk melaksanakan uapacara.

Umat yang hadir dalam ritual tersebut juga dapat menikmati minuman yang telah disediakan oleh panitia. Dan untuk makanannya dapat dinikmati setelah adanya pemberkatan makanan itu oleh pendeta.

Dan ada yang menarik pada upacara ritual Aadhi Masem kali ini, yakni adanya ritual memakan api, tusuk pipi himgga berjalan dibara api yang sangat panas. Upacara itu dirangkai dalam satu ritual suci yang pada intinya memohon pertolongan agar dijauhkan dari segala penyakit, atau pada dasarnya untuk menolak bala. 

Bagi masyarakat Hindu, pada bulan Aadhi ini dipercaya sebagai bulan panas atau bulan yang terdapat banyak permasalahan dan juga penyakit yang mungkin dihadapi manusia. Sehingga untuk memohon dilindungi dari Shang Hyang Widi Wasa melalui Dewi Durga.
Acara Adhi Maha Puja merupakan acara tahunan umat beragama Hindu yang digelar pada pertengahan Juli yakni antara 14 -  17, hingga pertengahan Agustus dan pelaksanaannya sendiri berjalan selama satu bulan berturut-turut. Upacara ini dirangkai peringatan bulan Adi (bulan dalam agama Hindu).

Pada upacara kali ini memakan waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan upacara-upacara serupa. Yakni dimulai sejak pagi hari, sejak pukul 05.00, dimulai dengan memandikan seluruh arca yang ada dikuil. Kemudian dilanjutkan dengan menghias arca-arca tersebut dengan bunga-bunga segar.

Dan dilanjutkan dengan Bahktha(umat)  kekuil datang, dan membaca kidu-kidu atau bajen(lagu-lagu agama) dan diakhiri dengan Thianem(meditasi). Terkadang ditambah lagi dengan Dharmawacana(khotbah) dari pendeta, dilanjutkan dengan maler podri yakni acara pemberian bunga ditubuh dewa.

Dan untuk acara pembuatan bara api yang akan dilalui pada akhir acara. Dimulai dengan ritual tepat berada di lokasi pembakaran yang telah dibentuk galian tanah 3 x 1 meter yang dikelilingnya telah dipagar dengan benang berwarna-warni. Dan tak lupa juga dibuat semacam puja tepat dibagian kiri galian tanah. Serta keempat sudut diberikan buah labu, dan buah labu tersebut diibaratkan sebagai tumbal.

Kemudian dilanjutkan dengan pinandita menyusun sekam padi tepat diatas galian tanah, dibuat tiga tumpukan. Lalu diadakan setelah dilakukan ritual didalam kuil, pendeta membawa sekam padi yang dibakar menggunakan api dari dalam kuil, lalu dibawa mengelilingi kuil sambil berlari dan meletakkannya dengan tepat diatas tumpukan sekam.

Seiring dengan itu, seorang pemuda yang juga bernazar dalam acara ritual itu terlihat kesurupan dan meletakkan api dilidahnya. Kemudian api yang telah dibawa mulai menyala dan dengan segera menyusun kayu untuk dibakar hingga menjadi bara api.

Namun itu semua belumlah selesai, masih ada lagi ritual yang dilaksanakan di tepian sungai, Dimulai dengan mengarak patung Dewi Durga menuju sungai dengan berjalan kaki dengan membawa perlengkapan yang lainnya. Kemudian setiba disungai para tetuah-tetuah atau pendeta mempersiapkan berbagai keperluan. Mulai dari penyusunan bunga-bungaan hingga berbentuk patung dewa.

Untuk setiap orang yang ditusuk haruslah orang-orang yang bersih hatinya, atau dapat dikatakan puasanya berhasil sehingga saat ditusuk tidaklah  terjadi kecelakaan. Saat prosesi penusukan pipi itu, tidak seluruh orangnya terlihat kerasukan.
Setelah itu kira-kira 7-8 orang yang akan ditusuk pipinya melakukan mandi disungai dengan menggunakan air kunyit yang telah diberikan mantra oleh pendeta. Dan ritual tusuk pipi pun dimulai,  dibarengi dengan seorang pemuda terlihat kesurupan dan seketika pendeta manusukkan tongkat besi milik dewa kepipinya tanpa rasa sakit.
Dilanjutkan dengan pemuda-pemuda yang lain, lalu setelah ritual itu selesai barulah arak-arakan Dewi Durga dibawa kembali menuju kuil. Setibanya dikuil bara api juga telah disiapkan, dan orang-orang yang bernazar melintasinya tanpa kepanasan sedikitpun

Dan sebagai pelengkap ritual, setiap orang yang telah melintas pada ujung galian bara api terdapat kolam yang telah berisi air kunyit yang dicampur dengan susu murni. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan seperti terbakar atau yang lainnya. 


Lalu yang terakhir adalah arakan mengelili kuil sebagai penghormatan untuk Dewi Durga, untuk kembali dimasukkan kembali kedalam kuil dan orang-orang yang pipinya ditusuk dapat kembali seperti semula tanpa ada bekas sedikitpun.  Om-15