Rubrik India Harian Orbit Medan

Minggu, 31 Oktober 2010

Aku Ingin Anak-anakku Bisa Sarjana…



Ting..ting..ting…begitulah bunyi lonceng gerobak es krim milik Muhammad Khairuddin (49)  yang dikendarai dengan sepeda ontel sederhana yang digunakan berkeliling ditengah padatnya Kota Medan sambil menjajakan eskrim tradisional. Eskrim yang dapat dikatakan sudah jarang ditemui jika dibandingkan dengan berbagai jenis eskrim buatan pabrik-pabrik besar. Namun itu semua tak melunturkan niat pria keturunan India Tamil wrga Kampun Kubur ini berjualan eskrim yang telah ditekuni lebih dari 15 tahun lamanya.
Semua itu dilakukannya dengan senang hati, demi anak istri  dan juga cita-cita besarnya bisa menguliahkan anaknya hingga keperguruan tinggi. Dengan bersemangat Khairuddin bercerita tentang perjalanannya yang hingga kini dapat mempertahankan eskrim tradisional bertahun-tahun lamanya.

Pria India yang juga seorang muslim ini berkisah sekira puluhan tahun lalu kepada Harian Orbit Minggu(15/8), ketika dirinya memperoleh hidayah untuk menjadi seorang muallaf. Dan dari sana dimulailah perjalanan hidupnya mengenal islam. Masuknya Khairuddin menjadi seorang muslim mendapat tentangan keras dari pihak keluarga besarnya, namun itu tak membuatnya patah semangat mempertahankan agama barunya itu.

Hingga kemudian dirinya memutuskan untuk hijrah ke ibukota Jakarta. Setibanya di Jakarta diirinya memperoleh tawaran dari temannya untuk bekerja sebagai pekerja layar tancap. Diakuinya pada masa-masa itu layar tancap masih menjadi primadona hiburan masyarakat ibukota itu karena stasitun tv yang ada juga terbatas. Bahkan pada saat itu layar tancap masih tergolong jarang di kota-kota lain.

Sambil tersenyum, dirinya mengatakan lama-kelamaan layar tancap tempatnya berkerja mengais rezeki itu mengalami kebangkrutan kemudian gulung tikar. Hingga datang seorang temannya untuk berjualan eskrim. Hingga beberapa bulan lamanya dirinya menjalani profesi itu. Hingga ia bertemu dengan seorang gadis asal Majalengka, lalu mempersuntingnya menjadi istri.

Setelah beberapa waktu berlalu, dirinya membawa sang istri hijrah kembali ke Kota asalnya yakni Medan. Setibanya di Medan Khairuddin tetap meneruskan pekerjaannya sebagai penjual eskrim, bahkan wadah tempat eskrim tersebut dibawanya dari Jakarta.

Dikatakan Khairuddin sekira 5 tahun lamanya dirinya berjualan eskrim menggunakan gerobak dorong untuk berdagang berkeliling-keliling Kawasan Kota Medan, namun ada saat itu temannya menawarinya sebuah sepeda bekas, maka dirinya menerimanya dengan senang hati.

“ Dalam satu hari berjualan dirinya bisa memperoleh penghasilan Rp 80-100, apalagi jika ada perayaan perayaan agama seperti ini,alhamdullah lah gak usah keliling-keliling lagi,”katanya.

Pada saat bulan Ramadan seperti ini, dirinya sangat jarang bisa berbuka puasa dirumah dengan keluarga,sebab saat menjelang berbuka masih sangat jauh dari rumah. Buka di mesjid terdekat menjadi salah satu alternative bahkan tak jarang jika hendak berbuka masih ada orang yang berbeli eskrim.” Kan gak mungkin gak dijual, namanya juga rezeki gak boleh ditolak,” katanya sambil tertawa.

Dan kini setelah dirinya dikaruniai 3 orang anak dari yang kuasa, anak sulungnya kini duduk di bangku SMP, dan harapan terbesar Khairuddin adalah dapat memberikan pendidikan bagi anaknya hingga menempuh perguruan tinggi. Maka dari itu dirinya hanya berserah kepada Allah untuk semua cita-citanya itu.Om-15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar